Intan dan Tanjung Lesung

Intan dan Tanjung Lesung
Pantai

Senin, 11 April 2016

Orang-orang Inspiratif (Part 3)

Selama ini fikiranku terlalu jauh, anganku terlalu muluk, cita-citaku memang tinggi tapi cara berfikirku sangat cetek. Memang sering aku bertemu orang-orang hebat yang menurutku sangat inspiratif tapi sebenarnya aku sendiri tak tahu arti inspiratif sebenarnya. seperti kiasan dalam bahasa Indonesia yang sering kita dengar:
"Semut di ujung jalan tampak, tapi Gajah dipelupuk mata tak terlihat"
Iya... aku memang begitu! bodoh! (kesalku).

Hari ini aku sadar.. setiap manusia itu hebat, setiap orang itu keren dan semua orang bisa menginspirasi, dia punya hal yang patut dicontoh (dari sisi yang tak semua orang bisa lihat). Seperti mereka...
  
  • Mutiara Dahlia Nasution
 pernah dengar nama ini? kalau belum pernah kenal, coba buka google... terus ketik namanya.

sudah? gimana sudah ketemu informasi tentangnya?
apa? nggak ketemu informasi profilnya? nggak muncul link wikipedia nya? LinkedIn juga?

ya memang... dia tak begitu populer di dunia maya. tapi tenang... ini link media sosialnya Nasution Mutiara dia memang tak pernah menggunakan nama lengkap di akun-akun media sosialnya. tapi percayalah... dia itu wanita yang sangat inspiratif sekali, paling tidak untuk orang-orang yang pernah mengenalnya atau orang-orang di dekatnya, seperti aku.

Dia adalah Kakak perempuanku satu-satunya. Mama bilang sebagian hidupku mengikuti jejak-jejaknya, mulai dari sekolah, aktifitas, sampai cara berpakaian. tentu saja "Iya" aku mengakuinya. aku selalu meminta untuk sekolah di tempat yang sama dari SD sampai SMA, jurusan yang sama, aktifitas bahkan mengikuti beberapa ekstrakulikuler yang sama persis saat sekolah dulu. Bukan berarti aku berusaha hidup dalam bayang-bayangnya, tapi dia memang hebat dan aku rasa orang hebat memang perlu ditiru bukan? ini dia hal yang aku tiru darinya:

  1.  Sekolah-->Tadi aku sudah sempat bilang bahwa sejak SD sampai SMA aku bersekolah di tempat dia bersekolah, walaupun tak berada di lingkungan sekolah yang sama karena jarak usia kami yang lumayan jauh yaitu 5 tahun, which is aku masuk ketika dia sudah di lulus dari sekolah saat SMP dan SMA.
  2. Jurusan-->Waktu itu dia yang masih SMA, aku ingat sekali saat dia baru pulang dari sekolah langsung mengabarkan pada Mama dengan antusias bahwa dia masuk pada jurusan IPA saat ia memasuki kelas sebelas. aku yang saat itu ikut mendengarkan cerita bahagia dan sekaligus sebagai anak SD yang baru akan masuk SMP dengan ketidak tahuan aku bertanya "emangnya kenapa kalo Kakak bisa masuk IPA?" kataku. "Anak IPA itu anak-anak yang dipilih sama guru, biasanya anak-anak pintar yang ranking di kelas" jelasnya. semenjak ia bercerita tentang itu, aku berjanji saat aku SMA nanti aku akan jadi orang-orang yang terpilih seperti dia. dia memang sangat pintar, makanya saat itu aku tidak heran jika dia masuk dalam golongan orang-orang terpilih. sejak SD hingga SMA peringkatnya tak pernah diluar 3 besar. dia sering mengikuti berbagai lomba-lomba cerdas cermat. dan semenjak janji dalam diri sendiri saat itu, aku berusaha semaksimal mungkin untuk bisa masuk kelas IPA dan Alhamdulillah itu terjadi. Walaupun prestasi aku tak sehebat dia. (oiya untuk statementnya yang bilang kalau anak IPA itu golongan anak-anak pintar itu bukan ketentuan mutlak yah... contohnya banyak sekali sekarang anak-anak ilmu sosial yang prestasinya gak kalah sama anak IPA). Mengenai jurusan, tidak hanya saat SMA, bahkan itu juga berlaku saat aku memutuskan jurusan untuk kuliah. Dengan IPK 3.78 yang dia peroleh, dia menggambarkan padaku bahwa kuliah di jurusan Informatika itu menarik. akhirnya masuklah aku di jurusan yang berawal dari "ikut-ikut" itu :D. Kakakku mengambil jurusan Manajemen Informatika sedangkan aku Teknik Informatika (ya... 11-11,5 lah... ) hehe.
  3. Ekstrakulikuler --> untuk ekstrakulikuler sendiri sebenarnya aku nggak sengaja ikut-ikutan sih... ekskul SMP-SMA, dari pramuka, OSIS dan Paskibra kita ikut ekskul yang sama (lagi-lagi..). tapi ini beneran kebetulan loh... kebetulan aku dan dia terpilih sebagai pembaca UUD di tata upacara bendera agustusan. dan lagi, kualitas paskibra kita beda, ketika dia bisa dikirim sampai ke tingkat provinsi, aku mah apa atuh... wkwkwkkk.
 oiyah, ada yang mau aku sampaikan kalo dia sedang baca tulisan ini "Hei... Kak... iyadeh kali ini gua mengakui kalau gua bener-bener follower lo, yang selama ini gua nggak pernah mau mengakui itu :D (gengsi coy)"
tapi toh aku juga nggak bisa melebihi prestasi-prestasinya :D dan itu tak apalah hehe..
tapi ada hal yang kali ini aku harus bisa lebih dari dia atau minimal harus sama. aku pernah tanya ke dia "apa cita-citamu Kak?" lalu dia jawab "pengen jadi guru, aku pengen jadi guru yang disukai murid-muridnya, yang bisa mengantarkan pelajaran yang tadinya susah diterima anak-anak menjadi menarik untuk dipelajari". lalu ketika aku bertanya lagi "lalu apa sesuatu yang diharapkan selain cita-cita itu?" tanyaku. "aku ingin diberi kesempatan sama Allah untuk menjadi seorang Ibu, aku ingin diberi kesempatan untuk punya anak" katanya.
mendengar kalimat itu, hatiku terenyuh... ketika kebanyakan wanita single (saat mengatakan itu Kakakku belum menikah) berdoa untuk dipertemukan dengan jodohnya, dia berdoa untuk 'diberi kesempatan mempunyai anak'.
 lalu di waktu yang berbeda dia pernah bilang lagi "aku ingin seperti Mama, seorang Ibu yang merawat anak-anaknya dengan tangan sendiri, melihat perkembangan anaknya setiap hari, dengan kesederhanaan seperti Mama".
ternyata dibalik wanita cerdas seperti dia yang memiliki cita-cita tinggi, tapi ternyata dia memiliki harapan yang tampak 'sederhana'. yah.... tampaknya saja harapan itu sederhana, padahal do'anya itu memang benar, jika dipilah... tidak semua wanita mendapatkan kesempatan untuk menjadi seorang Ibu, tidak semua wanita mendapatkan kesempatan untuk memiliki buah hati. maka kesempatan itu jangan disia-siakan.

Kakakku orang yang menginspirasi buatku, Mama menjadi wanita yang menginspirasi Kakakku. jadi ternyata Aku dan Kakakku terinspirasi oleh perempuan yang biasa disebut Mama.  yaaa.... seperti logika matematika silogisme.
  • Solikha

    Yah... itu nama Mama, Ibuku.
    Ini cerita tentang darimana aku jatuh hati pada kehebatan seseorang. serta merasakan seperti terapung nyaman di atas kolam berisi kehangatan kasih sayang. ini tentang Ibuku.

    Ibuku wanita sederhana, Ibuku bukan seorang yang begitu peduli terhadap perpolitikan negara atau gejolak perekonomian Indonesia, yang terpenting baginya adalah berapa naiknya makanan kebutuhan pokok dan harga bumbu dapur serta peralatan dapur lainnya.

    Ibuku tidak tau tingkat inflasi setiap bulannya  atau berapa nilai tukar rupiah terhadap dollar dalam sistem perdagangan, tapi dia ahli dalam melakukan perencanaan dan pengendalian keuangan keluarga tanpa kuliah manajemen. Ibuku tidak mengikuti sekolah kuliner tapi dia berhasil menarik pelanggan dari makanan yang dia jual tanpa harus kursus marketing.
  • Bagiku dia Multitalent. Tak kalah seperti Agnez Mo yang semua keahlian dia punya. Ibuku pun demikian. Dari mengurus anak, memasak, dan menjadi desainer hebat buatku. Aku ingat ketika kecil dulu, dia menyajikan makanan enak setiap hari untuk keluarga kami walau dengan menu yang sederhana, tapi bagiku rasanya lebih dari makanan hotel bintang lima. tidak hanya itu, dia juga suka membuatkan baju untuk anak-anaknya dengan tangan sendiri. ditengah kesibukan menjadi Ibu rumah tangga yang tak semua orang bisa lakukan, dia masih sempat menerima pesanan nasi kotak dan aktif dikegiatan PKK kelurahan.

  • Ibuku pernah bilang, suatu saat aku harus jadi orang hebat dengan karir yang cemerlang dan pendidikan yang tinggi. tapi bukankah pangkat tertinggi seorang wanita adalah menjadi Ibu yang utuh untuk anak-anaknya seperti dia? bukankah perempuan bisa dibilang berpendidikan tinggi saat dia bisa memberikan waktunya untuk mendidik anak-anaknya?

    buatku tak ada wanita yang lebih hebat dari seseorang yang membawaku dalam perutnya selama 9 bulan, tak ada yang lebih hebat dari seseorang yang mampu merawatku yang cengeng, pemalas dan bandel ini, tak ada yang lebih keren dari seorang juru masak tanpa bayaran ini.
     
  • Soritua Nasution
    yap! Tentulah dia itu Papaku!
    Aku ingat betapa kuatnya Ia dulu saat menggendongku diatas pundaknya untuk melihat panggung pentas seni diantara kerumunan orang.
    Sedikit ceritaku dahulu, Ayahku adalah pendongeng hebat setiap malam. cerita andalannya adalah "Sampuraga" konon Sampuraga adalah anak durhaka versi Sumatera Utara (kampung halaman Ayahku). jadi kalau di Sumatera barat ada Malin Kundang yang menjadi batu karena durhaka pada ibunya, di Sumatera Utara ada Sampuraga yang sama durhakanya dan akhirnya mati tenggelam bersama kapalnya di danau. dan saat kita berteriak mengucapkan "Sampuragaaaa.... anak durhakaaa..." danau tersebut akan berbuih. Lucunya dongeng itu tak bosan-bosan aku dengarkkan setiap malam sampai aku hafal betul dialog yang akan Ayahku katakan. dan sampai pada suatu saat judul "Sampuraga" tersebut menuai perdebatan antara aku (anak kecil kelas 3 SD) dengan guruku saat pelajaran bahasa Indonesia. Aku ingat betul ketika Ibu Guruku bertanya di depan kelas sebelum memulai pelajaran "Adakah diantara kalian yang tahu siapa nama dari cerita anak yang durhaka yang ada di Sumatera?". lalu dengan percaya diri aku mengangkat ujung jariku dan berkata dengan lantang "Sampuraga Bu!". dan Ibu guruku langsung berlkata "Salah! ada yang bisa jawab lagi? kalau tidak ada yang tahu, jawabannya adalah Malin Kundang, Ibu akan bercerita sedikit tentang tokoh tersebut" katanya. "Ibu, kata Papaku anak yang durhaka di sumatera itu Sampuraga" eyelku. tapi sayang nya si Ibu Guru tidak memperdulikan protesku, dan melanjutkan ceritanya tentang Malin Kundang. Cerita Sampuraga sangat melekat di otakku hingga aku tak peduli siapa lagi nama anak durhaka diluar sana, dan di Sumatera bagian mana. saat itu aku betul kesal dengan Ibu Guru yang menyalahkan jawabanku, sampai rumah aku langsung lapor dengan si Komandan pemilik cerita. "Papa.. masa tadi di kelas Ibu guru tanya, siapa nama anak durhaka di Sumatera, terus pas aku jawab Sampuraga, katanya salah Pah!" kataku. "Memangnya apa yang betul kata Bu Guru?" tanya Ayahku. "Kata Bu Guru yang benar itu Malin Kundang!". "Malin Kundang juga betul... jadi, Kalau Sampuraga itu dari Sumatera Utara, Malin Kundang dari Sumatera Barat, mungkin Guru Intan belum tahu tentang Sampuraga, karena yang terkenal di sini itu Malin Kundang" Ayahku menjelaskan. "Oooh... gitu yah Pa?". "Iya... besok jelasin lagi aja ke Ibu guru kalo ada tokoh Sampuraga dari Sumatera Utara" perintahnya. keeseokannya aku bilang pada Guruku bahwa ada tokoh bernama Sampuraga di Sumatera Utara, tapi sayangnya Ibu Guruku tak begitu percaya dari perkataan seorang anak kelas 3 SD sepertiku.(sampai sekarang sebenernya masih kesel sama Ibu Guru itu, lagian kalo difikir-fikir aku enggak begitu salah, karena kan Ibu Guru menanyakan seorang tokoh di Sumatera, tanpa ada spesifik Sumatera bagian mana, ya kan?).

    Aku belajar banyak hal dari ayahku, dia selalu bilang aku harus jadi orang yang pemberani, apalagi kalau kita benar. jangan pernah takut.

    ***

 Terima Kasih Kak, Mama, Papa.. sudah menjadi orang yang paling menginspirasi buat Intan, sekaligus menjadi peran-peran yang mendukung karakter Intan. I'm very lucky have you all....

11 April 2016
di kursi pojokan , berusaha kuat menahan air yang mau keluar dari mata saat menulis ini. (Et dah lebay dikit haha)


Love you Mama, Papa, Kakak :*